Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat?

Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat? - Hallo sahabat Downloadtan Bebas MP3, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Pengetahuan Islam, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat?
link : Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat?

Baca juga


Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat?

 Zaman kini ini kita melihat berbagai fitnah yang terjadi pada kaum muslimin Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat?
Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat?


shahidnur.blogspot.com- Zaman kini ini kita melihat berbagai fitnah yang terjadi pada kaum muslimin. Banyak orang menjuluki suatu kaum sebagai kaum yang sesat, wahabi, salafi, dan lain sebagainya. Padahal itu yaitu saudara seimannya. Fenomena ini ada di setiap penjuru wilayah negeri ini. Hal yang lebih miris lagi yaitu orang-orang suka mencap seseorang dengan wahabi sementara dia tidak tahu apa itu wahabi. Jangan hingga kita mengikuti sesuatu yang kita tidak mengetahui ilmunya, waspadalah. Allah Ta’ala telah memperingatkan kita wacana ini.

Dan janganlah kau mengikuti apa yang kau tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. Al-Israa’ : 36)


Kita akan mengulas sedikit mengenai wahabi, alasannya isu wahabi ini sangatlah serius, terlebih-lebih di zaman fitnah ini. Wahabi bahwasanya diambil dari nama seseorang yakni Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (wafat 211 Hijriyah). Beliau berfaham sesat dan menyesatkan, ia sering mengkafirkan sesama muslim tanpa alasan yang haq. Sedangkan ada seseorang lagi namanya Muhammad bin Abdul Wahhab (wafat 1206 Hijriyah). Beliau yang satu ini yaitu ‘ulama besar dari jazirah Arab. Beliau yaitu salah satu mujaddid (pembaharu) agama ini. Beliau menghidupkan tauhid dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta membasmi segala bentuk kesyirikan dan kebid’ahan yang terjadi pada umat Islam ketika itu. Orang-orang yang beribadah di kuburan, meminta syafa’at di sisi kuburan, berdoa kepada orang yang sudah mati, berbuat kebid’ahan dan jauh dari tuntunan Rasul. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala berpegang teguh kepada Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan mengikuti pemahaman salafush sholih. Makara kedua orang ini berbeda sangat jauh, bagaikan air dan api, langit dan bumi.

Ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mendakwahkan kebenaran, berdakwah dengan Al-Quran dan Hadits shahih, memberantas syirik dan bid’ah, memurnikan tauhid dan mengamalkan sunnah, di situ banyak orang menentangnya. Tentu saja ia rahimahullah ditentang, orang-orang sedang yummy beribadah bebas di kuburan, berbuat kebid’ahan melaksanakan ibadah tanpa referensi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, malah dilarang-larang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Beliau bernasib sama ibarat ulama-ulama lainnya ketika memberikan kebenaran kepada masyarakat, ibarat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Ibnul Qayyim, dan lain sebagainya. Begitulah dakwah, kebenaran diperangi, kesalahan dipelihara. Begitu pula dakwahnya para nabi ‘alaihimushsholawatu wassalam. Mereka ditentang umatnya alasannya membawakan kebenaran, sementara mereka selalu mengikuti nenek moyangnya tanpa peduli salah ataupun benar.

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul." Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (Q.S. Al-Maa’idah : 104)

Kita lanjut. Ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mendakwahkan kebenaran, orang-orang yang tidak menyukainya tentu saja memarahinya dan menganggapnya sebagai “wahabi”. Karena Abdul Wahhab itu suka mengkafirkan dan menganggap orang sesat. Ini tentu saja tuduhan yang salah. Abdul Wahhab (yang wafat tahun 211 H) memang suka mengkafirkan tanpa alasan dan menyesatkan orang tanpa ilmu yang benar. Sementara Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab itu mengajarkan orang kebenaran dengan melarang mereka berbuat syirik dan bid’ah. Tidaklah Syaikh rahimahullah berdakwah melainkan mengingatkan orang akan hadits ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemerintahan Islam) walaupun yang memimpin kalian yaitu seorang hamba sahaya dari negeri Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa hidup sesudahku pasti dia akan melihat banyak perselisihan, maka wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku. Berpeganglah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu serta jauhilah oleh kalian kasus agama yang diada-adakan alasannya semua yang gres dalam agama yaitu bid’ah dan semua bid’ah yaitu sesat.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Hakim, Abu Dawud, dan Dzahabi, disahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 2549)

Nah di sinilah perselisihan dan kesalahpahaman terjadi. Ketika di zaman kita banyak orang yang memurnikan tauhid, berdakwah sesuai pemahaman yang benar, mengikuti salafushsholih, jejaknya para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum, malah disebut wahabi, sesat, dan suka mengkafirkan. Ketika orang-orang, misalnya kita beribadah hanya kepada Allah, memelihara jenggot, menggunakan cadar, tidak isbal (menaikkan kaki di atas mata kaki), tidak ikut tahlilan, tidak ikut maulidan, malah kita dituduh sebagai wahabi. Kita memang mengikuti dakwah sebagaimana dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, dakwahnya para ‘ulama yang dahulu hingga sekarang, dakwahnya para nabi, yang memurnikan tauhid dan memelihara sunnah Rasul, dakwah kebenaran. Tapi kami bukan mengikuti dakwahnya Abdul Wahhab bin Rustum yang sesat. Seharusnya, kami disebut Muhammadiyah (karena mengikuti Muhammad bin Abdul Wahhab). Kalau Wahabi itu pengikut (Abdul Wahhab bin Rustum).

Kesalahpahaman terus berlanjut. Nama wahabi memang terkesan jelek, alasannya memang suka mengkafirkan dan menyesatkan. Tetapi orang yang tidak tahu, yang hanya tahu wahabi itu sesat, ketika mendengar seseorang mencap orang lain dengan wahabi, maka dia pun ikutan. Inilah yang terjadi di masyarakat muslim di seluruh penjuru dunia, terutama Indonesia. Alhasil, dakwah kebenaran dicap sebagai dakwah wahabi.

Kalau zaman dulu (sebelum kelahiran Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), wahabi memang kaum yang suka mengkafirkan dan menyesatkan orang. Tapi ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir dan berdakwah kebenaran, label wahabi itu ditujukan kepadanya, seakan-akan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab inilah pendiri wahabi, padahal bukan. Sudah kita bahas sebelumnya, pendiri wahabi itu yaitu Abdul Wahhab bin Rustum. Inilah banyak umat Islam. Tidak mau mencari ilmu, mencari tahu dan belajar. Sehingga ilmu yang didengar dan didapat eksklusif digunakan untuk mencap orang sebagai wahabi, tidak mau mencari tahu secara dalam wahabi itu apa sebenarnya. Alhasil Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dituduh sebagai pendiri wahabi, dikarenakan namanya yang ibarat dengan Abdul Wahhab bin Rustum dan dakwahnya memang sama-sama tidak disukai orang. Sang wahabi (Abdul Wahhab bin Rustum) tidak disukai alasannya memang suka mengkafirkan, alasannya memang dia pun sesat dan aqidahnya menyimpang. Sementara dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak disukai alasannya kebiasaan masyarakat Islam ketika itu yang suka berbuat bid’ah berusaha dimurnikan dan dibasmi oleh Syaikh.


Berbeda dengan zaman sekarang. Jadi, kalau ada yang dicap sebagai wahabi, itulah pengikut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sesungguhnya, yang beragama dengan benar, mengikuti Al-Quran dan Hadits Shahih, berdasarkan pemahaman para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum ajma’in. Kami yaitu ahlussunnah wal jama’ah sesungguhnya. Karena kami mengikuti Al-Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman salafush sholih. Sebenarnya kami tidak suka disebut wahabi, alasannya sebutan wahabi itu yaitu sebutan untuk orang yang suka menyesatkan dan mengkafirkan. Sementara kami ingin mengajak kalian kembali kepada Al-Quran dan Hadits sesuai pemahaman salaf (yaitu para sahabat). Tapi kami tidak masalah, yang terpenting aqidah kami sesuai dengan manhaj yang benar, yaitu manhaj salafush sholih, ahlussunnah wal jama’ah. Bagi kalian yang merasa ahlussunnah wal jama’ah, ikutilah Al-Quran dan Hadits dengan benar, sesuai dengan pemahaman salafush sholih, alasannya Al-Quran dan Hadits turun kepada mereka, dan merekalah yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung. Jauhilah perbuatan syirik dan bid’ah, murnikan tauhid dan amalkan sunnah Nabi.

Jadi istilah salafi-wahabi yaitu sebagai kambing hitam. Trik ini digunakan untuk menjauhkan orang-orang dari para ‘ulama yang benar dan beragama yang benar. Trik ini digunakan biar orang-orang tetap mengikuti apa yang dikatakan guru, syeikh dan nenek moyangnya, tanpa mengikuti Rasul. Trik ini bahwasanya sudah usang digunakan orang yang benci kepada sunnah (kebenaran), bahkan tri ini sudah digunakan di zaman penjajahan dulu. Istilah salafi-wahabi digunakan para penjajah untuk menjauhkan umat Islam Indonesia dari ‘ulama-‘ulamanya, menjauhkan Indonesia dari beragama yang benar, sehingga Indonesia banyak percaya takhayul, ramalan, dukun, daerah keramat, benda keramat dan tidak mau mendengarkan ‘ulama. Trik ini pula yang dibentuk oleh orang-orang kafir dan syi’ah untuk menjauhkan umat Islam dari beragama yang benar, beribadah yang benar dan pemahaman yang benar.

Sungguh benarlah apa yang disabdakan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam tiba dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).

Asing di sini maksudnya Islam hanya nama saja, tidak dipraktekkan dengan benar. Zaman Nabi dulu Islam memang tidak dipraktekkan alasannya orang-orang masih banyak yang musyrik dan mengikuti tradisi Jahiliyah. Sedikit sekali yang memeluk Islam dan tetap beriman. Saat ini kondisi sama 11 12, hanya berbeda sedikit. Zaman kini orang-orang beragama Islam tetapi masih mengikuti tradisi, tidak mau beragama yang benar, dengan mengikuti Al-Quran dan Hadits sesuai pemahaman sahabat. Maka dari itu, sedikit sekali orang yang mengikuti Islam dengan benar. Inilah orang-orang yang asing. Maka dari itu beruntunglah kita sebagai orang-orang asing, yang mengikuti Al-Quran dan Hadits sahih berdasarkan pemahaman salafush sholih. Kita harus selalu ingat, yang jadi pegangan kita yaitu Al-Quran dan Hadits ini, bukan ustadz fulan, syeikh ataupun guru manapun.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku telah tinggalkan pada kau dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Hadits Shahih Lighairihi, HR. Malik; Ibnu Hazm, Al-Baihaqi, al-Hakim, dan Ibnu Nashr. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Dipertegas lagi oleh Allah di dalam firman-Nya.

Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jikalau kau berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Q.S. Ali ‘Imran : 32)

Jadi itulah pembahasan sedikit kita mengenai wahabi. Intinya, wahabi/salafi itu yaitu istilah yang diberikan orang-orang kepada orang yang berada di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang benar). Semoga kita selalu mendapat hidayah Allah Ta’ala untuk terus sanggup hidup di atas agama yang benar, pemahaman yang benar, yaitu Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan mengikuti pemahaman salafush sholih, sehingga kita mati dalam keadaan itu pula. Jangan hingga kita terprovokasi oleh ahlul bid’ah, tradisi dan orang-orang yang tidak berbicara berdasarkan Al-Quran dan Hadits shahih yang benar. Ingatlah selalu firman Allah Ta’ala berikut ini.

Dan jikalau kau menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, pasti mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Q.S. Al-An’aam : 116)

Tela’ahlah dan telitilah apa yang kita dengar, kita lihat dan kita dapat.

Hai orang-orang yang beriman, jikalau tiba kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti biar kau tidak menimpakan suatu petaka kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang mengakibatkan kau menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S. Al-Hujuraat : 6)


Semoga bermanfaat.

Diselesaikan pada 23 Shafar 1439 Hijriyah/11 November 2017 Masehi.


Demikianlah Artikel Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat?

Sekianlah artikel Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat? kali ini, Semoga bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat? dengan alamat link https://downloadlagu-new.blogspot.com/2015/07/benarkah-salafi-wahabi-itu-sesat.html

0 Response to "Benarkah Salafi-Wahabi Itu Sesat?"

Posting Komentar